Bismillahirrahmanirrahim, Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
1. Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, "Pokok tauhid dan
inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu
merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan
hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan
menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh
unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah
dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada
Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan
ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)
2. Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum, nikah dan sebagainya.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: "Didalam hati manusia ada rasa
cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan
tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa
mereka. Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa
yang ia makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini
kehidupan menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada
penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia
tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak
mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami' Ar-Rasail Ibnu
Taymiyah 2/230)
3. Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, "Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan
mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa
dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah
musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan
semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan
meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai.
(Madarijus-Salikin 3/38).
4. Menghalangi dari perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah):
"Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga
tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya
seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali
bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk
taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.
Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber
dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbeda-an
antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan
yang tidak bermaksiat karena mencintainya.
Sampai pada ucapan beliau, "Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia
akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan
raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa
terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya.
(Thariqul Hijratain, hal 449-450)
5. Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
Berkata Ibnu Qayyim, "Antara cinta dan perasaan was-was terdapat
perbe-daan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara
ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan
keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was
karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya
tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang
yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala ,
dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was.
(Madarijus-Salikin 3/38)
6. Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim, "Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta'ala maka
keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena
tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya;
Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya,
Pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan
mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala akan menenteramkan hati,
menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal
dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada
yang lebih nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh
yang baik dan bagi akal yang suci daripada mencintai Allah dan rindu
untuk bertemu dengan-Nya.
Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu
tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan
setiap kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula
pengham-baan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala
dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada
selain-Nya."(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar