Senin, 11 November 2013

Untukmu putri kecilku.



Untukmu, putri kecilku

Kamu yang selalu tersenyum menghadapi tingkah konyolku. Aku pun bingung sendiri ketika kau tetap tersenyum ketika kau melihat tingkahku yang seperti anak-anak. Saat itu kau hanya tersenyum dan menatap mataku seraya berkata, “kakak lucu,ya”.
Aku masih ingat dulu pernah memberimu sebuah buku pelajaran dengan harapan kamu menjadi seseorang yang berprestasi, dan ternyata berhasil. Kamu sekarang menjadi lebih hebat dibanding aku pertama mengenalmu. Dan tanpa sadari, aku membangun perasaan spesial dihatiku.
Aku dulu pernah melupakan perasaan ini, aku pernah hanya menganggapnya angin lalu. Aku pun biasa saja ketika melihatmu dengan pacarmu. Tapi lama kelamaan, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal hatiku. Perasaan yang dulu kubangun akhirnya melahirkan perasaan baru yang selalu kuanggap pengganggu, perasaan yang selalu ingin kuhindari karena sudah terlalu lelah sakit karenanya. Cemburu.
Kukira dengan tidak mengontakmu sama sekali, aku bisa menghilangkan perasaan yang menumpuk dihatiku, meruntuhkan perasaan yang dua tahun lalu sudah kubangun. Tapi sia-sia, perasaan itu tetap saja hinggap disudut hatiku, bahkan ketika aku memiliki pacar baru. Rasa itu tidak pernah berubah. Aku tetap sayang kamu.
Aku sangat iri dengannya. Aku iri karena dia benar-benar membuatmu menutup hatimu. Benar-benar membuatmu tidak bisa melupakan dirinya. Sakit rasanya, ketika aku dengan tololnya memberikan kode-kode untuk kau terjemahkan. Tapi yang kudapat hanyalah kata-kata tentang memorimu bersamanya.
Hingga saat itu, aku beranikan diri untuk mengatakan perasaanku padamu. Bahkan didepan teman-temanmu. Aku masih ingat sekali wajahmu ketika kau akhirnya menerimaku untuk mengisi hatimu. Tapi, aku melihatnya. Matamu, mata itu, menggambarkan keraguan yang benar-benar menusuk hatiku.
Aku berjanji, aku tidak akan mengecewakanmu. Tapi yang aku lakukan hanya mengecewakanmu. Aku selalu berharap dapat menjadi pengganti dirinya. Tapi ternyata kenangannya masih kau simpan disudut hatimu.
Memang bodoh untuk menyuruhmu melupakan kenangan indahmu bersamanya, semudah aku melupakan kenangan indahku bersama kekasihku dulu. Tapi tak bisa kupungkiri, aku sangat membenci orang itu.
Aku mulai bertanya, apakah aku, orang yang baru masuk dalam hatimu, pantas untuk menempati bagian hatimu. Yang didalamnya sudah melekat erat kenanganmu bersamanya.
Aku benci ini, aku cemburu,aku sedih. Dan yang paling penting, aku ingin kau tahu, aku tak ingin kehilanganmu.

Dari seorang yang berharap menjadi penghapus airmatamu

Thanks ya hujan.



Hai hujan,
kenapa kau selalu datang disaat seperti ini
Saat aku sedang sedih
karena aku tak mampu menghapus lukanya

Hai hujan
kenapa aku harus bertemu dengan mu
Saat aku sedang sedih
karena aku tahu aku ternyata tidak sepadan dengan kenangannya

Hai hujan
kenapa kau selalu menemani hari-hariku
Saat aku sedang sedih
karena aku melihat keraguan setiap dia mengucapkan “I love you”

Hai hujan, aku tahu, mungkin saat ini kau sedang menambah air mataku.
Tapi aku senang, kau membantuku menyembunyikannya hal yang dapat membuatku merasa orang paling rapuh didunia.
Dan aku senang, kau menyembunyikannya dari orang yang kusayang

Seharusnya itu aku...


Seharusnya itu aku,
Aku yang menemanimu diujung sedihmu
Aku yang mengisi kekosongan hatimu
Menghapus segala air matamu
Tapi aku sadar, itu bukan aku

Seharusnya itu aku,
Yang berkali-kali menggoreskan luka dihatimu
Namun kau tetap sabar sambil tersenyum
Dan mengatakan, “aku sayang kamu”
Tapi ternyata, itu bukan aku

Seharusnya itu aku,
Yang ada dibayangan matamu ketika aku mengatakan “aku mencintaimu”
Dan kau menjawabnya dengan penuh keraguan
Aku mencoba melihat kedalam bayangan yang ada dimatamu
Dan sedihnya, itu bukan aku

Seharusnya itu aku,
Yang selalu kau bicarakan dalam setiap obrolanmu dengan rekanmu
Yang selalu kau banggakan ketika kau bersama temanmu
Tapi setiap kali kau mengobrol denganku
Aku menyadari, itu bukan aku

Itu bukan aku,
Yang selalu menjadi bahan inspirasimu
Yang selalu membuatmu bersemangat menjalani hari
Yang menjadi pasanganmu yang merangkai kata-kata di novel kehidupan ini
Yang menjadi penghapus segala kegalauanmu tentang dirinya
Yang menjadi penyebabmu bersedih maupun senang
Harusnya, itu aku...