Sabtu, 11 Februari 2012

Kisah Anak Kecil dan Sebuah Pohon Mangga


Bismillahirrahmanirrahim,
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Suatu ketika,hiduplah sebuah pohon mangga yang sangat besar dan seorang anak kecil,anak kecil itu sangat senang sekali bermain dengan pohon tersebut,begitu pula dengan pohon tersebut,dia sangat senang sekali bermain dengan anak kecil itu…

Waktu berjalan dan berjalan tanpa henti,
Anak kecil itu pun menjadi semakin dewasa,
Kemudian anak itu datang ke pohon mangga itu dengan wajah yang sedih

“Ayo kesini! Bermain lah denganku” pinta pohon itu
“Aku bukan anak kecil yang bermain dengan pohon lagi,aku sangat ingin membeli sebuah mainan,tapi aku tak punya uang untuk membelinya” kata anak itu dengan wajah yang benar-benar memperlihatkan bahwa dia memang ingin membeli mainan itu
“Duh,maaf,aku tidak punya uang. Tapi kau bisa memetik semua buah mangga yang aku punya dan menjualnya agar kau mendapat uang untuk membeli mainan yang sangat engkau inginkan itu” kata pohon
Anak lelaki itu sangat senang dan kemudian memetik buah mangga itu satu persatu,dan kemudian menjualnya dan dia pun mendapat mainan yang dia inginkan.Namun setelah itu dia tidak pernah datang lagi.

Suatu ketika anak itu datang lagi,pohon itu sangat senang ketika anak itu datang lagi.
“Ayo bermainlah denganku” pinta pohon itu
“Aku tidak punya waktu,aku harus bekerja untuk keluargaku untuk membeli sebuah tempat tinggal,maukah kau menolongku?” tanya anak tersebut
“Duh,maaf,aku juga tidak punya uang.Tapi kau bisa menebang semua ranting ku untuk kemudian kau gunakan untuk membangun tempat tinggal untuk kau dan anak istrimu” kata pohon mangga itu.
Kemudian anak itu pun menebangnya dan kemudian pergi dengan senang.
Pohon itu sangat senang melihat anak lelaki itu senang,tapi,setelah itu anak itu pun tak pernah datang lagi.

Beberapa tahun kemudian dia datang lagi ke pohon itu.
“Ayo datang dan bermainlah denganku.” pinta pohon itu sangat senang ketika melihat anak lelaki itu pun datang lagi.
“Aku sedih,aku sudah tua dan aku ingin hidup tenang.Aku ingin pergi berlibur dan berlayar.Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" kata anak itu
“Duh,maaf aku tidak punya kapal.Tapi kau bisa memotong batang tubuh ku untuk kemudian kau buat kapal,pergilah berlibur dan bersenang-senanglah” kata pohon
Kemudian anak itu menebang batang pohon itu dan membuat kapal idamannya.Ia pergi berlayar dan tak pernah datang lagi.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
"Maaf anakku, Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." kata pohon mangga itu.
"Tak apa, Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon mangga.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu.
"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu.
Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon mangga itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat.
Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat.
Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."
Anak lelaki itu berbaring dipelukan akar-akar pohon. Pohon mangga itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Pertanyaan : Siapa sebenarnya pohon mangga itu?

Teman, Pohon apel itu adalah ORANG TUA KITA.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.
Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah kadang cara kita memperlakukan orang tua kita.

Astaghfirullah,mari kita sejenak mengingat kembali semua kebaikan orang tua kita,adakah perlakuan kita seperti anak itu? Pasti sangat banyak.Oleh karena itu,se sukses apapun kita,sekaya apapun kita,jangan lupakan orang tua kita.Karena BANYAK SEKALI pengorbanan yang mereka lakukkan untuk membahagiakan kita.

Tidak kah senang rasanya ketika kita melihat orang tua kita tersenyum ketika sedang berbicara dengan orang lain sambil menunjuk kita seraya berkata “Itu anak saya,saya sangat bangga sekali punya anak seperti dia”. Subhanallah,rasanya hati ini pasti serasa dihembus angin sejuk yang lebih sejuk dari angin yang kita rasakan selama ini.

Mungkin sekian yang bisa saya sampaikan,semoga bermanfaat untuk kita semua :)

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Andhyka Cakra Buana Adhitama

Keutamaan Mencintai Allah

Bismillahirrahmanirrahim, Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

1. Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, "Pokok tauhid dan inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)

2. Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum, nikah dan sebagainya.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: "Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami' Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)

3. Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, "Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).

4. Menghalangi dari perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah): "Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.

Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbeda-an antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.

Sampai pada ucapan beliau, "Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)

5. Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
Berkata Ibnu Qayyim, "Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbe-daan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)

6. Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim, "Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta'ala maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik dan bagi akal yang suci daripada mencintai Allah dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.

Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula pengham-baan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada selain-Nya."(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)


Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jumat, 10 Februari 2012

Kisah Cinta Salman Al-Farisi , obat patah hati

 Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang
dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil
tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah
pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan
pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat
kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki
adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia
berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang
pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi
Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak
hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya.
Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa
cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru
tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang
Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah
memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang
utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai
beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili
saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud
Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua,
shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini
bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak
jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi
isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan
segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata
sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang
datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami
menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki
urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah.
Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu
mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu
alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan
persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu
yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang
belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia
bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan
ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi
pernikahan kalian!”
---
 Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki
apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran
tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih,
merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa
dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah,
dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang
yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang
kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.

“Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya meminang,” kata Rasulullah mengandaikan sebuah kejadian sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, “Maka, nikahkanlah dia.” Rasulullah memaksudkan perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri seseorang.

“Apabila engkau tidak menikahkannya,” lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, “Niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” Di sini Rasulullah mengabarkan sebuah ancaman atau konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara umum berupa fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan.

Bisa jadi perkataan Rasulullah ini menjadi hal yang sangat berat bagi para orangtua dan putri-putri mereka, terlebih lagi jika ancaman jika tidak menurutinya adalah fitnah dan kerusakan yang meluas di muka bumi. Kita bisa mengira-ngira jenis kerusakan apa yang akan muncul jika seseorang yang berniat melamar seseorang karena mempertahankan kesucian dirinya dan dihalang-halangi serta dipersulit urusan pernikahannya. Inilah salah satu jenis kerusakan yang banyak terjadi di dunia modern ini, meskipun banyak di antara mereka tidak meminang siapapun.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Subhanallah,sakit banget bukan? ketika kita akan meminang seseorang namun ditolak,tapi dia mengiyakan lamaran "pengantar" ? tapi coba kita lihat jawaban Salman Al-Farisi


”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan
ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi
pernikahan kalian!”


Dia bukannya marah tapi malah ingin membantu "pengantar"nya tersebut,lah kita? gimana mau bantu? ada juga pasti tersulut emosi duluan hahahaha

Semoga,kita dapat mengambil pelajaran dari cerita diatas,agar kita bisa menerima kenyataan jika memang cinta kita belum saatnya datang :)


Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Senin, 06 Februari 2012

Maaf,Cintaku telah kembali kepada-Nya

Maaf..Maafkan aku yang telah berkomitmen kepadamu
Maafkan aku yang telah bermain-main dengan waktu bersamamu
Maafkan aku yang telah menjanjikanmu

Maafkan aku yang tak mampu mencintaimu hingga sepanjang waktu
Maafkan aku yang telah menyakitimu
Maafkan aku akan keterbatasan pengetahuanku selama ini dan saat ini
Maafkan aku yang selalu haus mencari ilmu kehidupan akan hubungan komitmen yang baik dan sesuai tuntunan agama-ku dan agama-mu
Maafkan hatiku yang tak mampu berpihak padamu
Maafkan hatiku yang telah menghilangkan “Rasa itu” darimu
Maafkan Hatiku yang tak mampu menjaga komitmen dan amanah bersamamu
Maafkan Hatiku yang tak mampu meyakinkanmu lagi seperti sedia kala

Maafkan aku yang tak mampu lagi menjadi penyemangatmu selalu
Maafkan aku yang telah menggagalkan semua impian dan rencana terindah yang pernah akan kita ukir bersama...
Maafkan aku yang harus pergi meninggalkanmu...
Maafkan..Maaf..Mafkan aku atas segala tutur kata dan tindakanku selama ini.
Maafkan aku yang harus memilih...
Maafkan aku yang tak sempurna...
Maaf..aku memohon maaf padamu...

Ya Alloh..kukembalikan Hatiku ini pada-Mu
Ya Alloh ku t’lah berusaha menjalankan sepenuhnya tuntunanmu sesuai syariat-Mu
Ya Alloh..ku tahu Engkau-lah yang maha membolak-balikkan Hati Hamba-Mu ini
Ya Alloh..ku tahu segala sesuatu permasalahan pada diriku dan setiap doa yang kupanjatkan selama ini hanyalah pada-Mu dan teruntuk-Mu Ya Alloh..
Ya Alloh..ku tahu Engkau-lah yang maha tahu apa-apa yang tidak diketahui oleh Hamba-Mu ini..
Ya Alloh..aku ikhlas menerima semua konsekuensi logis yang harus terjadi pada diriku, lingkungan sekitarku, kehidupanku..dan semuanya.
Karena ku yakin pada-Mu..akan Kebesaran-Mu dan Ilmu-Mu.

Ya Alloh..Kusandarkan segala sesuatu-Nya hatiku ini padamu..
Ya Alloh..Aku amat mencintai-Mu karena hati ini adalah milik-Mu

Ya Alloh jagalah hatiku ini agar selalu mengingat-Mu dan mensyukuri atas segala Nikmat-Mu..

Terima Kasih Ya Alloh atas segala nikmat karunia dan petunjuk yang telah engkau berikan selama nafas ini menghirup unsur ciptaanmu dan denyut jantung ini berdetak...

Alhamdulillah..Ya Alloh
Ya Haqq..Ya Mujib..Ya Aliim..Ya Hakam..Ya Khabiir...Ya Mu’iid
Ya Alloh.. Ya Alloh
Amin Ya Robbal’alamin..

Cinta Dalam Diam

Cintailah ia dalam diam, dari kejauhan, dengan kesederhanaan dan keikhlasan…

Ketika cinta kini hadir tidaklah untuk Yang Maha Mengetahui saat secercah rasa tidak lagi tercipta untuk Yang Maha Pencipta izinkanlah hati bertanya untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba…mungkinkah dengan ridha-Nya atau hanya mengundang murka-Nya…



Jika benar cinta itu karena Allah maka biarkanlah ia mengalir mengikuti aliran Allah karena hakikatnya ia berhulu dari Allah, maka ia pun berhilir hanya kepada Allah..

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat:49)

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, danorang-orang yang layak (berkimpoi) dari hamba-hamba sahayamu yang lelakidan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akanmemampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ” (QS. An Nuur: 32)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasatenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. ” (QS. Ar-Ruum:21)

Tapi jika memang kelemahan masih nyata dipelupuk mata, maka bersabarlah… berdo’alah… berpuasalah…

” Wahai kaum pemuda,siapa saja diantara kamu yang sudah sanggup untukmenikah,maka menikahlah,sesungguhnya menikah itu memelihara mata,dan memelihara kemaluan,maka bila diantara kamu belum sanggup untuk menikah,berpuasalah,karena sesungguhnya puasa tersebut sebagai penahannya ” (Hadist)

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatuperbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. ” (QS. Al Israa’ :32)



Cukup cintai ia dalam diam…

bukan karena membenci hadirnya…tapi menjaga kesuciannya bukan karena menghindari dunia…tapi meraih surga-Nya bukan karena lemah untuk menghadapinya…tapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup..



Cukup cintai ia dari kejauhan…

karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari cobaan karena hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan karena hadirmu mungkin saja ‘kan membawa kenelangsaan hati-hati yang terjaga…



Cukup cintai ia dengan kesederhanaan…

memupuknya hanya akan menambah penderitaan menumbuhkan harapan hanya akan mengundang kekecewaan mengharapkan balasan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan…



Maka cintailah ia dengan keikhlasan

karena tentu kisah fatimah dan ali bin abi thalib diingini oleh hati…tapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al Farisi…?




…boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat burukbagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. ” (QS. AlBaqarah:216)

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, danlaki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), danwanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-lakiyang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yangdituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduhitu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS.An Nuur:26)

Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan…


karena tiada yang tahu rencana Allah…mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan



karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan…serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya…

“Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.)

Anda Bertanya,Dyka Menjawab : Pacaran

Assalammualaikum Wr Wb,ingin berbagi pengalaman dengan teman" :D

Tadi pas BBQ , terlintas sebuah pertanyaan yang sangat jenius dari saya (cie :p) untuk tutor BBQ saya a.k.a Kak Ardi

"Kak,boleh gak sih pacaran itu?"

Kata Kak Ardi "Kalo dalam Syari'at sih,Boleh"

Dan langsung terpikir,loh kok gitu sih? -_- bukannya gak boleh ya

"Tapi......" (oooohhh ada tapinya -_-)

"Pacaran itu dianggap boleh,kalau tidak ada syari'at yang dilanggar karena pacaran itu"

Apa ya kira"? sampai sekarang pun terpikir,dan ketika pulang jalan kaki sambil membaca Astaghfirullah langkah demi langkah,selalu terpikir tentang kata kak Ardi,ehhh ada kak Deni sambil teriak "Hanafi!" -_- hahahaha :p oke back to topic

Pas sampe rumah,langsung deh nyalain komputer dan langsung buka uncle google

dan ternyata eh ternyata ketemu ! beberapa ada dibawah ini VVVVV

1.Menjaga Pandangan  

“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An Nur : 30) 

Oke,pertama,pandangan
kenapa dengan pandangan?
pacaran tanpa liat"an kan gak seru? ya gk sih?
tapi kita tidak sadar,kalo itu adalah "panah setan" yang bertujuan untuk melemahkan Iman seorang muslim/muslimah

2.Berdua-dua an dengan Laki-laki/Perempuan yang bukan mahram (baca : Pacar)

Nabi Muhammad Saw bersabda : “Apabila laki-laki dan perempuan yang bukan mahram berdua-duaan, maka yang ketiga adalah setan.”

Example :
"Say...laper nih"
"Oh,yuk makan!"

Dan jder,jadilah yang namanya berdua"an dengan yang bukan mahramnya
"Ah...gw gk pernah tuh yang namanya makan bareng ato berdua"an di tempat sepi"
Masa sih? sekarang banyak loh media komunikasi yang bisa dikategorikan "Berdua-dua an" (baca : SMS,Email,Facebook,dll)

3.Bersentuhan dengan bukan mahram (baca : Pacar)

Awalnya kenalan,ngobrol bareng,PDKT,pacaran,pegangan tengan deh...
Padahal udah jelas di katakan oleh Rasulullah SAW

“Kepala salah seorang ditusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabir 20/210 dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, lihat Ash-Shahihah no. 226)

4.Mencintai si dia (baca : Pacar) melebihi Allah SWT

Terakhir dan paling susah untuk dihindari,terkadang,cinta kita kepada Allah SWT dikalahkan oleh seorang akhwat,yang udah jelas" manusia biasa dan tidak bisa apa-apa.

Jadi Kesimpulannya,buat apa sih mikirin akhwat yang belum tentu buat kita? sedangkan Allah SWT , yang menciptakan kita,memberi rezeki,dan melindungi kita malah kita lupakan?

Terus terang Poin 1,2,dan 4 pernah saya lakkukan :) dan dari tulisan saya ini,saya ingin mengingatkan kembali kepada diri saya sendiri dan akhi dan ukhti sekalian,marilah kita sejenak mengingat semua rezeki yang telah Allah berikan kepada kita,walaupun sebenarnya,jika kita menghitungnya,makan tidak akan bisa :D karena setiap nafas,harta,serta kasih sayang,dan semua yang ada dalam hidup kita ini itu semua datang dari Allah SWT

Semoga bermanfaat bagi kita semua , amin ya robbal alamin

Wassalammualaikum Wr Wb