Pagi ini semua terlihat lebih
cerah dimata Syahwa. Dia masih terngiang-ngian wajah Kevin saat dia
mengantarkan Syahwa pulang kerumahnya kemarin. Dia kemudian mengecek
handphone-nya. Dia kemudian tersenyum ketika melihat ada sebuah tanda sms masuk
terpampang dilayarnya. Wah, sms dari
Kevin.
“Selamat pagi, Tuan Putri!
Semangat ya untuk hari ini ;)”
Sontak wajahnya yang putih pucat
berubah menjadi merah merona ketika melihat kata “Tuan Putri” di SMS Kevin.
“Selamat pagi, kamu juga ya ;)”
balas Syahwa kepada Kevin.
***
“Wah, si non daritadi senyum
mulu, ada apa nih” sapa bibi yang dari
tadi memperhatikan senyum selalu terpancar dari wajah Syahwa.Syahwa kemudian
mengambil catatan kecilnya dan menulis sesuatu disana kemudian
memperlihatkannya ke bibi Woro.
“Lagi senang banget,bi!”
“Bagus deh kalau gitu,non. Bibi
ikut bahagia. Cepetan gih non, papa udah nunggu tuh, kasian kalau lama” jawab
bibi sambil membawakan tas Syahwa yang berwarna biru muda.
Kicau burung seakan mengiringi
kepergian Syahwa kesekolahnya, semua tampak sangat indah dari balik kaca mobil.
Setelah beberapa saat, Syahwa sampai juga disekolahnya tercinta, sepertinya
sekolah tampak masih sepi. Sudah kebiasaan Syahwa untuk datang 30 menit sebelum
bel masuk berbunyi. Biar bisa mengulang
pelajaran kemarin sebelum bel masuk jawabnya ketika ditanya kenapa oleh
orang lain. Tak lupa dia mencium tangan papa sebelum dia masuk kedalam area
sekolah.
“Belajar yang rajin ya,nak” kata
papa-nya sambil mencium kening Syahwa. Dia selalu ingat saat-saat dimana kedua
orang tuanya mencium keningnya ketika dia hendak pergi sekolah. Tapi sekarang,
hanya papa-nya saja yang masih bisa melakukannya, karena mama-nya sudah
dipanggil Tuhan terlebih dulu.
Syahwa kemudian menulis dicatatan
kecilnya kemudian memperlihatkannya ke papa sambil memasang senyum yang lebih
manis dari sebelumnya.“Papa hati-hati dijalan,ya”
“Iya,sayang. Maaf papa belum bisa
jemput kamu hari ini, kamu hati-hati ya kalau pulang” kata papa sambil
menjalankan mobilnya diikuti dengan lambaian tangan yang kemudian dibalas oleh
Syahwa.
***
“Huff, pelajaran hari ini
benar-benar melelahkan” batin Syahwa sambil menghempaskan dirinya ke ranjang.
Dia kemudian teringat wajah Kevin yang tanpa sengaja dia liat dilapangan ketika
sedang pelajaran olahraga. Oh manis nya.
Ding! Ponsel Syahwa berbunyi, dan dilayarnya terlihat nama pengirim
yang tidak asing, Kevin. “Jangan lupa makan siang ya, Tuan Putri!” Syahwa
tersenyum. “Iya, kamu juga ya.vin!” balasnya. Perlahan tanpa dia sadari, dia
semakin cinta pada lelaki itu.
***
Kevin sedang tidur diranjangnya
sambil membayangkan wajah Syahwa. Sosoknya selalu muncul disetiap kegiatan
Kevin, dan secara tidak langsung menjadi mood
booster untuknya. Tapi hadir Syahwa juga mengingatkan kembali tentang
kenangan yang tidak menyenangkan.
Flashback
Kevin sedang duduk di bangku
ketika seorang wanita berjalan didepannya.
“Hai, Clara! Siang nanti
ketemu,yuk!”. ”Maaf, ada urusan, nanti saja ya” jawab wanita itu singkat sambil
berjalan pergi menjauhi kevin.
Dia kenapa sih? Akhir-akhir ini dia berubah. Kevin kemudian
mengikuti wanita itu dari belakang.
“Eh, bukannya dia pacar lo? Kok
lo gak mau diajak ketemuan?” kata seorang wanita yang merupakan teman Clara.
“Hah? Pacar gue? Bukan ah, udah putus” jawab Clara.
Prak! Hati Kevin pecah seketika. Dia tidak menyangka dengan apa
yang dia dengar. Inilah jawaban dari semua pertanyaan Kevin. Semua perasaan
tercampur dalam benaknya. Dia lega karena dia berhasil menemukan jawaban dari
pertanyaannya, tapi disisi lainnya dia sedih karena jawaban yang dia dapat
sangat membuat hatinya perih.
“Clara!” teriak Kevin dari
belakang dengan penuh emosi.“Kevin?” jawab Clara dengan kaget. “Jadi itu
sebabnya kamu menjauh dariku? Kamu malu punya pacar sepertiku? Kenapa sih
Clara? Kenapa kamu nggak jujur aja sama aku? Aku ini pacarmu loh, bisa-bisanya
kamu berkata seperti itu!”.
Clara hanya terdiam, dia tidak
mampu menjawab pertanyaan Kevin yang seperti peluru, menghujam kulit Clara
tanpa memperdulikan sakitnya.
“Oke kalau itu memang mau kamu,
aku bakal menjauh. Mulai saat ini dan seterusnya kita nggak perlu dekat lagi.
Kamu pikir enak apa digantungin seperti ini, kemudian kamu bilang kita udah
putus sama orang lain?. Kalau begitu kita sampai disini saja, makasih buat
semuanya” kata Kevin sambil beranjak pergi.
End of Flashback
Semenjak saat itu, dia kemudian
berpikir, kalau cinta itu hanyalah karangan negeri dongeng. Yang dibuat hanya
untuk menyenangkan orang tanpa memperdulikan nyata atau tidaknya. Cinta itu bodoh batinnya.
Setidaknya begitu, sampai seorang
gadis mulai memudarkan kata itu, mengubah seluruh persepsi Kevin tentang cinta.
Dan tanpa ia sadari, ia mulai mengisi bingkai kosong dihatinya dengan wajah
Syahwa. Dia jatuh cinta kepadanya.
***
Tok tok! Suara ketukan pintu seketika membangunkan Syahwa dari
negeri mimpi.
“Non Sasa, ada tamu tuh diluar,”
kata bibi Woro sambil membuka pintu kamar Syahwa. Dan langsung dibalas dengan
anggukan dari Syahwa. “Sepertinya ada perlu tuh, cowok lagi hihi” goda bibi
Woro kepada Syahwa seraya menutup pintu.
Hah? Cowok? Tumben.
Syahwa melirik jam menunjukkan
jam 16.30.
Siapa sih sore-sore gini ganggu aku lagi mimpi.
Dengan malas-malasan dia membuka
gorden jendelanya dan melihat kebawah untuk melihat siapa cowok yang berani
mengusiknya dari negeri mimpi. Dan mata nya terbelalak melihat sosok yang ada
dibawah sedang melambaikan tangannya.
Buru-buru dia mengganti baju
tidurnya dengan baju stelan santai –t-shirt dan rok dibawah lutut- dan segera
turun kebawah menemui orang itu sambil menenteng catatan kecilnya.
“Hai, Tuan Putri!” sapa orang itu
yang ternyata sosok yang sangat ia kenali, sosok yang beberapa hari ini sudah
mengisi hari-harinya. Kevin. Syahwa kemudian menulis di catatan kecilnya, dan
memberikan catatannya kepada Kevin. “Kok gak ngabarin mau datang?” tulisnya.
“Surprise dong, masa mau surprise
harus laporan dulu hahaha” jawab Kevin sambil tertawa, tawa yang selalu bisa
memikat hati Syahwa. “Eh, iya, jalan yuk!” ajak Kevin bersemangat dan langsung
menarik tangan Syahwa, memaksanya duduk di jok motor tanpa menunggu
persetujuannya.
***
“Nah, sampai nih Tuan Putri,”
kata Kevin seraya mematikan motornya, tepatnya motor orang tuanya. Syahwa
kemudian turun dan terpaku dengan apa yang ada dihadapannya.
Syahwa melihat matahari terbenam
dari atas sebuah bukit, matahari yang sudah mulai menyembunyikan sinarnya,
mengubah warna langit biru menjadi warna orange. Disekitarnya dia melihat
banyak pasangan, baik suami-istri, maupun sepasang remaja yang sedang bermain
diatas bukit itu.
“Disini tempat yang selalu aku
kunjungi setiap aku butuh ketenangan,” suara Kevin langsung menyita
perhatiannya, membuyarkan lamunannya tentang keindahan alam yang barusan dia
lihat. “Eh duduk disitu,yuk!” tunjuk Kevin ke bangku yang ada di dekat pembatas
bukit, tidak terlalu panjang tapi cukup untuk dua orang.
Syahwa mengambil catatannya dan
menuliskan sesuatu. “Tempat ini indah banget,” tulisnya sambil melihat kearah
Kevin yang langsung melihat apa yang ditulis Syahwa.
“Tidak seindah senyum kamu,”
jawab Kevin sambil tersenyum. Sebuah kalimat yang langsung membuat pipi Syahwa
memerah.
Sejenak kemudian tercipta
keheningan diantara mereka, mereka terhanyut dengan pikiran dan perasaan mereka
masing-masing. Perasaan yang sama, perasaan yang selalu saja tercipta diantara pria
dan wanita yang saling suka, perasaan yang seolah dapat membuat dunia menjadi
hanya milih berdua. Cinta.
“Menurutmu, Cinta itu apa, Tuan
Putri?” Kevin membuka suara, mencoba memecah keheningan antara keduanya. Syahwa
berpikir sejenak, kemudian menyusun kata-kata di catatan kecilnya.
“Cinta itu perasaan yang dapat
mengubah segalanya menjadi lebih indah, mengubah sedih menjadi bahagia, dan
perasaan yang dapat mengisi kesepian yang selalu ada di hati setiap manusia”
tulisnya.
Kevin hanya tersenyum sebelum
kemudian catatan kecil Syahwa mendekat ke dirinya. “Menurutmu sendiri?” tanya
Syahwa.
“Menurutku, cinta itu hanya
perasaan yang menyakitkan sebuah perasaan yang cepat atau lambat, akan lahir
air mata karenanya. Yah setidaknya menurutku begitu, sebelum...” Kevin tidak
melanjutkan perkataannya. Syahwa pun memasang wajah heran seperti ingin Kevin
melanjutkan kalimatnya. Kevin pun menyadarinya dan segera melanjutkan
kalimatnya.
“... sebelum aku mengenalmu, Tuan
Putri,” kata Kevin sambil mengeluarkan senyum tulus. Sesaat Syahwa merasa dunia
seakan menghilang, yang ada hanya dirinya dan Kevin. Dia tidak menyangka Kevin
memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.
“Oh iya, aku ada sesuatu
untukmu,” tanya Kevin sambil berlari ke motornya kemudian mengeluarkan sebuah
plastik dan segera duduk disamping Syahwa lagi.
“Aku harap kamu suka,” kata Kevin
sambil memberikan sebuah blocknote bergambar Love berwarna pink. Dia sangat
senang sekali dengan pemberian dari Kevin. Dia tidak tahu bagaimana cara
mengungkapkannya.
Kemudian tanpa dia sadari,
wajahnya semakin dekat dengan Kevin dan kemudian mencium pipinya dengan lekas
dan langsung membuang pandangannya kearah lain. Tapi dia tidak bisa
menghilangkan pipinya yang kini berubah lagi menjadi merah merona.
Kevin hanya tersenyum kemudian
memegang tangan Syahwa. Genggaman yang seolah berkata dia tidak akan pernah
meninggalkan Syahwa apapun yang terjadi. Langit orange dan matahari yang
terbenam pun menjadi saksi sebuah cinta yang terbentuk diantara mereka berdua.
***
Syahwa membaringkan badannya, dia
tidak bisa menghilangkan senyum yang terus melekat diwajahnya dari ketika Kevin
mengantarnya pulang. Kemudian Syahwa mengambil ponselnya dan kemudian mengetik
sebuah pesan singkat untuk Kevin.
“Thanks for today, pangeran :)”
dan kemudian menekan tombol send.
Sesaat kemudian ada balasan pesan
dari Kevin. “Thanks juga, tuan putri :)”.
Syahwa kemudian mengambil
blocknote pemberian Kevin dan menuliskan sebuah kata-kata pada lembar
pertamanya.
I can see lonely in your eyes
Let me wipe it with my compassion
I can see heartache in your eyes
Let me wipe it with my love
Oh, i want you to know
How i want you so bad
Oh, i want you to know
How i love you so much
-Syahwa
Sambil tersenyum dia meletakkan
pena dan blocknote-nya disamping bantalnya dan mematikan lampu seraya berkata
dalam hati. “Good night my prince”.
***
Created
by Andhyka Cakra :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar