Suasana sekolah tidak seperti biasanya,
sekolah sangat ramai dan dihiasi dengan berbagai macam pernak-pernik
bertuliskan “Selamat Hari Sumpah Pemuda”.
“Ah, pasti acara OSIS, sepertinya nggak
belajar lagi nih hari ini” pikir Kevin sambil melengos dan pergi kearah
kelasnya. Sambil berjalan Kevin sekali-sekali memperhatikan anggota Paskibra
sekolah yang sedang berlatih untuk persiapan upacara pagi itu. Matanya sibuk
mengeksplorasi lapangan hingga sampai pada wajah seseorang yang dia kenal sedang
berlari kearahnya.
Dan orang itu adalah orang yang sudah membuatnya
sakit hati, orang yang sudah menggoreskan luka dihatinya. Clara.
“Hai, Kevin! Sendiri aja,nih” katanya ramah,
tapi Kevin hanya mengganggap itu sebagai modus
dia ingin mendekatinya. Kevin hanya cuek.
“Hm, sepertinya kamu masih marah ya” katanya
dengan tampang sedih. Seperti sedang mengharapkan Kevin untuk berbicara
padanya. Dan sepertinya, dia berhasil.
“5 menit” kata Kevin singkat sambil berhenti
berjalan dan menghadap kearahnya. Dan terlihat senyum mekar diwajah Clara.
“Aku cuma mau minta maaf, soal perilaku ku
sama kamu. Aku sangat menyesal sudah mengatakan itu, aku hanya ingin memulai
semua dari awal”
Setelah semua yang dia lakukan? Setelah dia
menusuk hati Kevin dengan kata-katanya itu? Setelah dia mengakui didepan semua
orang kalau Kevin bukan siapa-siapa? You
must be kidding.
Kevin hanya pasang tampang cuek. Sampai
akhirnya dia mengeluarkan tatapan sedih itu lagi. Mungkin, ini salah satu
kelemahan Kevin, dia terlalu lemah dengan tatapan sedih seorang wanita.
“Terserah lah” jawabnya sambil melanjutkan
berjalan.
“Aku tunggu di cafe biasa ya?” teriak Clara
sambil melambaikan tangan.
***
Kevin dan Clara terhanyut dalam pembicaraan
mereka. Sehingga tanpa mereka sadari, seseorang sedang mengintip mereka dari
jauh dan mendengar jelas percakapan mereka. Seketika lutut orang itu lemas dan
terduduk sambil menutup wajahnya dengan lutut. Orang itu ingin bangkit, tapi
tas biru mudanya yang sangat berat serta pemandangan yang sangat tidak ingin disaksikannya
seolah menjadi beban tersendiri untuknya.
“Aku harus mengikuti Kevin” pikirnya.
***
“Akhirnya sampai juga” pikir Kevin sambil
segera masuk kedalam cafe, mencari-cari sosok yang menyuruhnya datang kemari.
Benar, menyuruh. Karena sejujurnya dia tidak mau lagi menemuinya.
“Hey, kukira kamu gak bakal datang kemari”
kata Clara.
Tadinya
memang begitu.
“Aku udah pesenin minuman kesukaanmu, cappucino ice with bubble”
Kevin tidak pernah bisa menolak minuman ini
sekeras apapun aku mencoba. Dia benar-benar di skakmat.
“So, gimana keluargamu? Sehat semua kan?”
tanyanya kepada Kevin yang masih sibuk menyeruput minumannya.
“Sehat-sehat aja, keluargamu gimana?”
“Alhamdulillah. Semuanya baik-baik saja”
balasnya sambil tersenyum. “Kevin, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan,
tentang kita” katanya serius.
“Ada apa?” kata Kevin setelah berhenti meminum
minumannya.
“Apa kamu masih ingat? Dulu kalau kita lagi
berantem kita selalu lari kesini, dan anehnya kita juga selalu ketemu disini”
kata Clara sambil melihat sekitar seolah membayangkan hal itu benar-benar
terjadi. “Tapi, semua itu hanya kenangan” seulas senyum kemudian mekar
diwajahnya.
“Maksud kamu? Aku tidak mengerti”
“Aku ingin, kita kembali kayak dulu lagi,vin.
Pulang bareng, nonton bareng, makan bareng. Menghabiskan waktu bersama seperti
dulu lagi”
Kevin hanya terdiam. Dia terlalu terlelap
dengan pikirannya sendiri dengan perkataan Clara saat itu. Sampai tidak
menyadari, ada sebuah kamera yang mengabadikan setiap detik itu
***
“Please, Kevin” kata Clara sambil memegang
tangan Kevin.
Ckrek. Sekejap kemudian sebuah kamera polaroid yang digantung dileher sukses
mengabadikan saat itu. Kamera itu tidak dapat disadari oleh Kevin dan Clara
karena posisinya yang tertutup oleh tas biru muda. Tas biru muda milik Syahwa.
Syahwa yang sedari masuk sekolah sudah
membuntuti mereka berdua dengan kesal. Kekesalannya bertambah karena Kevin
tidak mengakui kalau dia ingin menemui Clara. Tiap kali Syahwa bertanya
kepadanya dia mau pergi kemana, pasti Kevin hanya menjawab “mau ke rumah
teman”.
“Maaf, Clara. Aku tidak bisa menerima kamu
lagi” jawab Kevin.
Seketika itu Syahwa menurunkan kameranya dan
ikut penasaran dengan apa yang akan Kevin katakan.
“Aku sudah jatuh cinta dengan orang lain”
lanjutnya.
Syahwa kemudian terdiam. Tak lama kemudian
keluar air mata dari ujung matanya.
Kevin sudah jatuh cinta dengan orang lain?
Lantas apa maksud perlakuan padaku kemarin? Apa itu hanya omong kosong semata?
Syahwa segera keluar dari cafe itu. Hanya
secangkir coklat panas yang kini tinggal setengah serta uang diatas bill yang
ada diatas mejanya. Tanpa ingin memikirkan apapun lagi ia pergi keluar dan
mencari angkutan umum untuk pulang kerumahnya. Hatinya terlanjur retak oleh
orang yang dia sayangi.
***
“Siapa Kevin?” tanya Clara heran.
“Aku tidak bisa bersamamu denganmu lagi. Aku sudah
mencintai orang lain, dia Syahwa” jelas Kevin padanya.
“What? Anak yang tidak bisa bicara itu?”
Plak. Sebuah tamparan mendarat sukses di pipi Clara.
“Sekali lagi kamu bicara seperti itu tentang Syahwa
didepanku, aku tidak akan segan-segan menamparmu lagi” emosi pun mengambil alih
dirinya. “Dia mungkin tidak secantik dirimu, tidak sekaya dirimu,dan tidak
sesempurna dirimu. Tapi satu yang membuatku memilihnya, dia tulus mencintaiku”
jawabnya sambil kemudian keluar dari cafe itu dan melewati meja dengan sebuah
coklat panas, dia terdiam sejenak di meja itu, setelah akhirnya kembali
beranjak pergi.
***
Tamparan barusan benar-benar memberi kesan
dalam untuk Clara. Baik diwajahnya, maupun dihatinya. Dia merasa sudah
diinjak-injak harga dirinya oleh orang yang tidak sebanding dengan dirinya.
Orang yang tidak bisa berbicara normal dengannya.
Dan Kevin? Entah setan apa yang merasuki
pikirannya hingga dia “membuang” Clara, yang jelas-jelas adalah cewek terpopuler
disekolahan.
“Aku harus merebut Kevin kembali, entah dengan
cara apapun”
***
Pertemuannya dengan Clara ini sangat ia
sesali. Dia merasa sangat salah sudah membohongi Syahwa, dan dia juga merasa
marah karena “kenangan” masa lalunya datang untuk merusak hubungannya.
Setelah membawa motornya selama beberapa menit
sampailah dia didepan rumah Syahwa. Dia kemudian menekan bel. Tapi yang keluar
adalah bibi Woro yang kemudian memberikan pesan yang tidak mengenakkan
untuknya.
“Maaf, nak Kevin. Non Sasa sepertinya sedang
tidak ingin diganggu, soalnya tadi bibi lihat dia pulang sambil menangis” kata
bibi Woro dengan wajah khawatir.
“Oh begitu ya, bi. Baiklah, titip salam aja
buat dia,bi” jawab Kevin seraya meninggalkan rumah Syahwa sambil melepas senyum
kepada bibi Woro tanda pamit.
Sebuah pertanyaan timbul di benak Kevin. Apa yang sebenarnya terjadi?.
***
“Kevin jahat!” teriak Syahwa dalam hatinya,
seolah ingin memarahi Kevin, dan dirinya sendiri. Hatinya benar-benar sudah
kacau. Disatu sisi, dia senang Kevin tidak kembali kepada Clara. Tapi disisi
lain, dia hancur karena dia merasa semua perlakuan Kevin selama ini hanya omong
kosong.
Dia kemudian memandang kembali foto-foto yang
diambilnya tadi. Entah kenapa, dia merasa seolah tidak bisa marah dengan lelaki
itu. Betapapun hatinya menolak untuk memaafkannya.
Kemudian beberapa saat setelah itu, pesan
singkat muncul di ponsel Syahwa. “Pasti dari Kevin” pikirnya. Dia memang
berharap Kevin mengiriminya sms kalau dia minta maaf atas kebohongannya siang
ini. Tapi Syahwa terkejut ternyata bukan Kevin, tapi Ayahnya. Dan yang lebih
mengejutkan lagi isi pesannya.
From :
Ayah
Maaf,
kami dari rumah sakit Urip Sumoharjo. Apakah betul anda anaknya? Kami ingin
memberitahukan kalau Ayah anda mengalami kecelakaan. Tolong segera kerumah
sakit.
“Ayah kecelakaan?” teriaknya dalam hati.
Saat itu juga Syahwa langsung mengganti
pakaiannya dan segera menelpon taksi untuk pergi kesana. Dia sangat takut. Dia
tidak mau kehilangan orang tuanya, lagi.