Senin, 29 Agustus 2016

Kenangan

Suasana sekolah tidak seperti biasanya, sekolah sangat ramai dan dihiasi dengan berbagai macam pernak-pernik bertuliskan “Selamat Hari Sumpah Pemuda”.
“Ah, pasti acara OSIS, sepertinya nggak belajar lagi nih hari ini” pikir Kevin sambil melengos dan pergi kearah kelasnya. Sambil berjalan Kevin sekali-sekali memperhatikan anggota Paskibra sekolah yang sedang berlatih untuk persiapan upacara pagi itu. Matanya sibuk mengeksplorasi lapangan hingga sampai pada wajah seseorang yang dia kenal sedang berlari kearahnya.
Dan orang itu adalah orang yang sudah membuatnya sakit hati, orang yang sudah menggoreskan luka dihatinya. Clara.
“Hai, Kevin! Sendiri aja,nih” katanya ramah, tapi Kevin hanya mengganggap itu sebagai modus dia ingin mendekatinya. Kevin hanya cuek.
“Hm, sepertinya kamu masih marah ya” katanya dengan tampang sedih. Seperti sedang mengharapkan Kevin untuk berbicara padanya. Dan sepertinya, dia berhasil.
“5 menit” kata Kevin singkat sambil berhenti berjalan dan menghadap kearahnya. Dan terlihat senyum mekar diwajah Clara.
“Aku cuma mau minta maaf, soal perilaku ku sama kamu. Aku sangat menyesal sudah mengatakan itu, aku hanya ingin memulai semua dari awal”
Setelah semua yang dia lakukan? Setelah dia menusuk hati Kevin dengan kata-katanya itu? Setelah dia mengakui didepan semua orang kalau Kevin bukan siapa-siapa? You must be kidding.
Kevin hanya pasang tampang cuek. Sampai akhirnya dia mengeluarkan tatapan sedih itu lagi. Mungkin, ini salah satu kelemahan Kevin, dia terlalu lemah dengan tatapan sedih seorang wanita.
“Terserah lah” jawabnya sambil melanjutkan berjalan.
“Aku tunggu di cafe biasa ya?” teriak Clara sambil melambaikan tangan.
***
Kevin dan Clara terhanyut dalam pembicaraan mereka. Sehingga tanpa mereka sadari, seseorang sedang mengintip mereka dari jauh dan mendengar jelas percakapan mereka. Seketika lutut orang itu lemas dan terduduk sambil menutup wajahnya dengan lutut. Orang itu ingin bangkit, tapi tas biru mudanya yang sangat berat serta pemandangan yang sangat tidak ingin disaksikannya seolah menjadi beban tersendiri untuknya.
“Aku harus mengikuti Kevin” pikirnya.
***
“Akhirnya sampai juga” pikir Kevin sambil segera masuk kedalam cafe, mencari-cari sosok yang menyuruhnya datang kemari. Benar, menyuruh. Karena sejujurnya dia tidak mau lagi menemuinya.
“Hey, kukira kamu gak bakal datang kemari” kata Clara.
Tadinya memang begitu.
“Aku udah pesenin minuman kesukaanmu, cappucino ice with bubble
Kevin tidak pernah bisa menolak minuman ini sekeras apapun aku mencoba. Dia benar-benar di skakmat.
“So, gimana keluargamu? Sehat semua kan?” tanyanya kepada Kevin yang masih sibuk menyeruput minumannya.
“Sehat-sehat aja, keluargamu gimana?”
“Alhamdulillah. Semuanya baik-baik saja” balasnya sambil tersenyum. “Kevin, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan, tentang kita” katanya serius.
“Ada apa?” kata Kevin setelah berhenti meminum minumannya.
“Apa kamu masih ingat? Dulu kalau kita lagi berantem kita selalu lari kesini, dan anehnya kita juga selalu ketemu disini” kata Clara sambil melihat sekitar seolah membayangkan hal itu benar-benar terjadi. “Tapi, semua itu hanya kenangan” seulas senyum kemudian mekar diwajahnya.
“Maksud kamu? Aku tidak mengerti”
“Aku ingin, kita kembali kayak dulu lagi,vin. Pulang bareng, nonton bareng, makan bareng. Menghabiskan waktu bersama seperti dulu lagi”
Kevin hanya terdiam. Dia terlalu terlelap dengan pikirannya sendiri dengan perkataan Clara saat itu. Sampai tidak menyadari, ada sebuah kamera yang mengabadikan setiap detik itu
***
“Please, Kevin” kata Clara sambil memegang tangan Kevin.
Ckrek. Sekejap kemudian sebuah kamera polaroid yang digantung dileher sukses mengabadikan saat itu. Kamera itu tidak dapat disadari oleh Kevin dan Clara karena posisinya yang tertutup oleh tas biru muda. Tas biru muda milik Syahwa.
Syahwa yang sedari masuk sekolah sudah membuntuti mereka berdua dengan kesal. Kekesalannya bertambah karena Kevin tidak mengakui kalau dia ingin menemui Clara. Tiap kali Syahwa bertanya kepadanya dia mau pergi kemana, pasti Kevin hanya menjawab “mau ke rumah teman”.
“Maaf, Clara. Aku tidak bisa menerima kamu lagi” jawab Kevin.
Seketika itu Syahwa menurunkan kameranya dan ikut penasaran dengan apa yang akan Kevin katakan.
“Aku sudah jatuh cinta dengan orang lain” lanjutnya.
Syahwa kemudian terdiam. Tak lama kemudian keluar air mata dari ujung matanya.
Kevin sudah jatuh cinta dengan orang lain? Lantas apa maksud perlakuan padaku kemarin? Apa itu hanya omong kosong semata?
Syahwa segera keluar dari cafe itu. Hanya secangkir coklat panas yang kini tinggal setengah serta uang diatas bill yang ada diatas mejanya. Tanpa ingin memikirkan apapun lagi ia pergi keluar dan mencari angkutan umum untuk pulang kerumahnya. Hatinya terlanjur retak oleh orang yang dia sayangi.
***
“Siapa Kevin?” tanya Clara heran.
“Aku tidak bisa bersamamu denganmu lagi. Aku sudah mencintai orang lain, dia Syahwa” jelas Kevin padanya.
“What? Anak yang tidak bisa bicara itu?”
Plak. Sebuah tamparan mendarat sukses di pipi Clara.
“Sekali lagi kamu bicara seperti itu tentang Syahwa didepanku, aku tidak akan segan-segan menamparmu lagi” emosi pun mengambil alih dirinya. “Dia mungkin tidak secantik dirimu, tidak sekaya dirimu,dan tidak sesempurna dirimu. Tapi satu yang membuatku memilihnya, dia tulus mencintaiku” jawabnya sambil kemudian keluar dari cafe itu dan melewati meja dengan sebuah coklat panas, dia terdiam sejenak di meja itu, setelah akhirnya kembali beranjak pergi.
***
Tamparan barusan benar-benar memberi kesan dalam untuk Clara. Baik diwajahnya, maupun dihatinya. Dia merasa sudah diinjak-injak harga dirinya oleh orang yang tidak sebanding dengan dirinya. Orang yang tidak bisa berbicara normal dengannya.
Dan Kevin? Entah setan apa yang merasuki pikirannya hingga dia “membuang” Clara, yang jelas-jelas adalah cewek terpopuler disekolahan.
“Aku harus merebut Kevin kembali, entah dengan cara apapun”
***
Pertemuannya dengan Clara ini sangat ia sesali. Dia merasa sangat salah sudah membohongi Syahwa, dan dia juga merasa marah karena “kenangan” masa lalunya datang untuk merusak hubungannya.
Setelah membawa motornya selama beberapa menit sampailah dia didepan rumah Syahwa. Dia kemudian menekan bel. Tapi yang keluar adalah bibi Woro yang kemudian memberikan pesan yang tidak mengenakkan untuknya.
“Maaf, nak Kevin. Non Sasa sepertinya sedang tidak ingin diganggu, soalnya tadi bibi lihat dia pulang sambil menangis” kata bibi Woro dengan wajah khawatir.
“Oh begitu ya, bi. Baiklah, titip salam aja buat dia,bi” jawab Kevin seraya meninggalkan rumah Syahwa sambil melepas senyum kepada bibi Woro tanda pamit.
Sebuah pertanyaan timbul di benak Kevin. Apa yang sebenarnya terjadi?.
***
“Kevin jahat!” teriak Syahwa dalam hatinya, seolah ingin memarahi Kevin, dan dirinya sendiri. Hatinya benar-benar sudah kacau. Disatu sisi, dia senang Kevin tidak kembali kepada Clara. Tapi disisi lain, dia hancur karena dia merasa semua perlakuan Kevin selama ini hanya omong kosong.
Dia kemudian memandang kembali foto-foto yang diambilnya tadi. Entah kenapa, dia merasa seolah tidak bisa marah dengan lelaki itu. Betapapun hatinya menolak untuk memaafkannya.
Kemudian beberapa saat setelah itu, pesan singkat muncul di ponsel Syahwa. “Pasti dari Kevin” pikirnya. Dia memang berharap Kevin mengiriminya sms kalau dia minta maaf atas kebohongannya siang ini. Tapi Syahwa terkejut ternyata bukan Kevin, tapi Ayahnya. Dan yang lebih mengejutkan lagi isi pesannya.
From : Ayah
Maaf, kami dari rumah sakit Urip Sumoharjo. Apakah betul anda anaknya? Kami ingin memberitahukan kalau Ayah anda mengalami kecelakaan. Tolong segera kerumah sakit.
“Ayah kecelakaan?” teriaknya dalam hati.

Saat itu juga Syahwa langsung mengganti pakaiannya dan segera menelpon taksi untuk pergi kesana. Dia sangat takut. Dia tidak mau kehilangan orang tuanya, lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar